Monday, May 14, 2007

Lopo

Ini masih tentang Timor Tengah Selatan (TTS). Bila kita melakukan perjalanan dari Kupang ke Atambua melalui darat, begitu memasuki wilayah Kabupaten TTS kita akan banyak menjumpai rumah bulat yang beratapkan alang-alang kering. Sebutan lokalnya ialah Lopo.

Sebagian besar warga memiliki lopo yang letaknya terpisah dari rumah utama. Lopo digunakan sebagai tempat berkumpul dan pada bagian atasnya dimanfaatkan untuk tempat menyimpan bahan makanan seperti jagung dan padi. Ada pula lopo yang digunakan khusus untuk menyimpan bibit tanaman pangan dimana bibit disisihkan dari hasil panen sebelumnya. Untuk lopo jenis ini, atapnya menyentuh hingga ke tanah karena di dalamnya dijadikan tempat pengasapan bibit, ini merupakan teknik tradisional penyimpanan bibit agar dapat bertahan hingga musim tanam berikutnya.

Sebagai tempat penyimpanan bahan makanan, lopo harus aman dari hama seperti tikus. Untuk itu pada keempat tiang penyangganya dibuat semacam cincin untuk mencegah tikus yang hendak merayap naik. Di sebagian besar wilayah TTS, terutama yang terletak di pegunungan, atap lopo dibuat dari alang-alang, hal ini turut memberikan rasa hangat di bawah naungan. Sementara lopo yang berada di sekitar pantai biasanya menggunakan daun goang atau sagu sebagai bahan penyusun atap. Dengan atap daun goang, lopo terasa lebih dingin dibandingkan lopo yang beratap alang-alang. Tentu saja di sekitar kawasan pesisir kita membutuhkan suasana yang lebih sejuk dibandingkan di gunung.

4 comments:

Anonymous said...

Very informative. I like it.

L. Pralangga said...

Abi, keep writing the journals, perhaps you'd add more on the personal side as well as some journailism-investigation should you find something worth sharing to the grass-roots. :-)

Kind regards from West Africa and I welcome you to the United Nations - it is [also] your world!

Hannie said...

wow! jurnal yang informatif banget!

salam kenal yah ;)

::abi:: said...

kang luigi, niatnya sih blognya gak pengen terlalu personal.. kerja & tinggal terpisah dgn keluarga seperti yg kita alami gak pernah mudah, hunting foto dan lebih banyak berinteraksi dgn budaya lokal menjadi sebagian upaya mengalihkan rindu yg amat dalam.. but thanks for your continuing supports!