Friday, May 18, 2007

Putak


Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, saya diberi tahu oleh guru tentang makanan pokok masyarakat Indonesia. Di Jawa masyarakat mengkonsumsi beras, di Madura penduduknya menjadikan jagung sebagai makanan utama, sementara sagu dikonsumsi oleh mayoritas warga di Irian Jaya. Baru sejak tinggal di NTT inilah saya mengenal lebih dekat tanaman sagu. Istilah tanaman sagu lebih tepat digunakan daripada pohon sagu mengingat batangnya tidak memiliki kambium.

Di Desa Naibonat, Kecamatan Kupang Timur, sejumlah warga menjual lempengan sagu yang disebut putak. Umumnya putak yang dijual tersebut digunakan sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing dan babi setelah dicacah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Satu lempeng putak dijual seharga dua ribu rupiah. Bapak Arnolus Bolu yang berasal dari Rote merupakan salah satu penjual putak yang saya temui. Ia tinggal bersama istri dan anaknya di rumah yang terletak persis di belakang gubuk yang ia jadikan tempat meletakkan tatanan putak dan menyimpan potongan batang sagu yang disebut molak. Dari satu batang sagu atau goang dihasilkan 8 hingga 10 molak dan dari satu molak dapat diperoleh 25 lempeng putak. Dalam sehari putak yang terjual biasanya sekitar 20 lempeng. Profesi berjualan putak telah dilakoni Pak Arnolus sejak tahun 2001, sebelumnya ia hanya mengandalkan hasil berladang untuk memperoleh nafkah. Kini ia masih memiliki sejumlah ladang namun hasilnya kurang memadai lagi.

Cukup banyak juga ternyata manfaat tanaman sagu. Yang biasa dikonsumsi manusia ialah sagu yang telah dihaluskan menjadi tepung. Selain itu dari sagu dihasilkan pula air gula atau nira yang produksinya jauh lebih besar dari nira tanaman lontar. Bedanya hingga tiga kali lipat, menurut Pak Arnolus. Bila kita terlambat mengambilnya, nira dari sagu akan tumpah dan terbuang ke tanah, ini dikarenakan tingkat produksinya yang tinggi. Walau dapat diminum langsung, nira sagu lebih sering dijadikan gula lempeng (sejenis gula merah di Jawa). Daun sagu dapat digunakan sebagai atap rumah atau gubuk, seperti halnya pada atap gubuk milik Pak Arnolus.

No comments: